Nama Budha pertama kali dipakai oleh Sidharta Gautama atau sakyamuni yang lahir sekitar tahun 563 SM sebagai pendiri Budha. Arti Budha ada banyak sekali antara lain "Yang Telah Sadar, Dia Sang Penemu (Bujjhita) Kebenaran, Ia yang telah mencapai Penerangan Sempurna, Ia yang memberikan penerangan (Bodhita) dari generasi ke generasi, dll. Konon Sang Budha mendapat pencerahan saat duduk dibawah pohon Bodi.
Membaca beberapa artikel dari Internet ada hal yang cukup menarik bahwa ada beberapa saudara Muslim yang mengkaitkan Nabi Dzulkifli atau mungkin Nabi Idris sebagai Sidharta dan bahwa Pohon Tin (QS 95:1) adalah Pohon Bodi. Sehingga ada yang memasukkan Budha sebagai salah satu utusan Tuhan. Mungkin ini masih perlu pengkajian lagi.
Kalau kita bertanya pada pemeluk Budha tentang Tuhan, maka mereka tidak akan mengakui bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan. Karena dalam pemikiran mereka alam semesta ada dengan sendirinya. Agama mereka lebih menekankan sistem etika. Sehingga sekilas Agama Budha bisa dianggap sebagai Atheisme yang luhur. Tetapi ini mungkin pendapat Budha belakangan. Ketika Sidharta masih hidup, beliau mengakui adanya Tuhan pencipta alam.
Memang sang Budha saat itu lebih banyak diam jika menyinggung keberadaan Tuhan. Mungkin karena di India saat itu tenggelam dalam penyembahan berhala atau menguatnya filsafat antropomorfisme, yaitu filsafat Tuhan yang menjelma sebagai makhluk. Yang secara tiba-tiba menurunkan ajaran monotheisme secara drastis.
Budha tidak menyangkal adanya Tuhan. Budha pernah ditanya oleh salah seorang murid apakah Tuhan ada?. Budha menolak untuk menjawab. Tetapi saat didesak beliau mengatakan bahwa jika anda menderita sakit perut akankah anda berkosentrasi untuk mengurangi rasa sakitnya atau mempelajari resep dokter?. Itu bukanlah urusanku untuk mengetahui apakah Tuhan itu ada, urusan kami adalah menghapus penderitaan di dunia.
Sebenarnya apa yang Budha ucapkan itu persis ketika nabi Musa ditanya oleh kaum Yahudi tentang nama Tuhan. Musa hanya menjawab : Namanya adalah :Aku adalah Aku (Keluaran 3:14). Dimana maksudnya adalah apapun nama Tuhan, lebih penting untuk melaksanakan perintah-NYA daripada sekedar mengetahui nama-NYA.
Tapi siapa pun dia Sang Budha, ada hal yang menarik dimana di dalam beberapa ayat dalam Kitab Budha terdapat beberapa penggambaran yang seolah-olah mirip dengan sosok sang Nabi Muhammad. Seperti halnya kaum Muslim ketahui, Tuhan telah memberikan firman-Nya pada kitab-kitab-Nya yang terdahulu yang sekarang mungkin sudah tercampur dengan tulisan-tulisan manusia. Apakah ayat-ayat ini merupakan firman Tuhan yang masih tersisa?. Hal ini telah diungkap oleh seorang ulama Islam yaitu Dr Zakir. Dalam tulisannya beliau menulis beberapa hal sebagai berikut (Anda boleh percaya boleh tidak) :
Menurut Chakkavatti Sinhnad Suttanta D. III, 76:
Akan muncul di dunia seorang Budha bernama Maitreya (yang baik hati), seorang yang suci dan kuat, yang tercerahkan, penuh kebajikan dalam tingkah laku, tepat, dan mengenal alam semesta "
"Apa yang telah dinyatakannya oleh pengetahuan supernatural miliknya akan di terbitkan ke seluruh alam semesta. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia dalam keasliannya, mulia pada puncaknya, mulia pada tujuannya, dalam jiwa dan tulisan. Dia akan memproklamasikan kehidupan religius, murni dan sempurna sepenuhnya, seperti saat aku sekarang mengkotbahkan agamaku dan memproklamasikan semacam kehidupan religius. Dia akan membuat masyarakat rahib berjumlah ribuan, seperti saat sekarang aku membentuk masyarakat yang berjumlah ratusan".
Menurut Sacred Books of the East volume 35 pg. 225:
Aku bukanlah Budha satu-satunya yang berkuasa dalam memerintah dan mengatur. Setelahku ada Budha yang lain, bernama Maitreya yang penuh kebajikan akan datang. Aku sekarang hanya memimpin ratusan, sedangkan dia akan memimpin ribuan.
Menurut The Gospel of Buddha by Carus pg. 217 and 218 (From Ceylon s):
Ananda bertanya kepada yang terberkati : "siapa yang akan mengajar kami setelah engkau pergi?".
"Yang terberkati menjawab : " Aku bukanlah Budha pertama yang datang di atas bumi dan tidak akan menjadi yang terakhir. Pada waktunya seorang Budha akan muncul di dunia, yang suci, yang sangat tercerahkan,, penuh kebajikan dalam laku, tepat, mengenal alam semesta, seorang pemimpin yang tak tertandingi manusia. Dia akan mengungkapkan kepada anda kebenaran abadi yang sama, yang saya ajarkan. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia sifatnya, mulia pada puncaknya dan mulia pada tujuannya. Dia akan mendeklarasikan suatu kehidupan beragama, sepenuhnya sempurna dan murni sepertisekarang saya nyatakan. Murid-muridnya akan berjumlah ribuan sedangkan muridku hanya ratusan.
Ananda bertanya : "bagaimana kita mengenalnya?"
Yang terberkati menjawab : "dia dikenal sebagai Maitreya".
Kata Sansekerta Maitreya atau ekuivalen dalam bahasa Pali Metteyya berarti mencintai, penuh kasih, penuh belas kasihan dan murah hati. Hal ini juga berarti kebaikan dan keramahan, simpati, dll Satu kata Arab yang setara dengan semua kata-kata ini adalah Rahmat. Dalam Surah Al-Anbiya:
Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semua makhluk (QS 21:107)
Kata ini hampir disebutkan 409 kali di Al-Quran. Huruf Muhammad juga dieja sebagai Mahamet dan berbagai ejaan lain. Kata Maho atau Maha dalam bahasa Pali dan Sansekerta berarti Agung dan Mulia, dan Metta berarti rahmat. Dan dalam bahasa Arab Sendiri Muhammad berarti Penuh Kasih.
Menurut Sacred Books of the East, volume 11, pg. 36 Maha-Parinibbana Sutta chapter 2 verse 32:
"Aku telah memberitakan kebenaran tanpa membuat perbedaan antara doktrin exoteris dan isoteris dalam hal kebenaan, Ananda, Tataghata tidak seperti guru yang memiliki kepalan tertutup yang merahasiakan sesuatu di belakang".
Nabi Muhammad dalam menyebarkan ajarannya (Al-Quran) tidak ada yang ditutup-tutupi. Semua umat Islam dari rakyat jelata sampai raja menerima ajaran yang sama dan dapat membaca kitab suci yang sama pula secara langsung sampai sekarang.
Menurut Sacred Books of the East volume 11 pg. 97 Maha-Parinibbana Sutta Chapter 5 verse 36:
Arahat-Budha memiliki Servitor pada jaman dahulu, seperti Ananda adalah Servitorku sekarang, dan dimasa datang Arahat Budha akan ditemani oleh Servitor juga.
Nabi Muhammad juga memiliki Servitor yaitu "Anas" yang merupakan anak dari "Malik". Anas diberikan oleh orang tuanya kepada Nabi Muhammad. Anas bercerita "Ibuku berkata padanya "Oh utusan Tuhan, inilah pembantu kecilmu", anas melanjutkan "aku melayani Rasul sejak usia 8 tahun dan rasul memanggilku anaknya dan kekasih kecil tersayangnya". Anas menemani Rasul dalam segenap keadaan baik sakit, gembira, perang (umur 11 saat perang uhud dan 16 saat perang hunain), ataupun damai sampai akhir hayatnya.
Enam kriteria Budha menurut Budha Gautama (the Gospel of Buddha by Carus pg. 214:) mengenai Tathagata/Budha :
Seorang Budha mencapai pemahaman tertinggi dan sempurna di waktu malam
Kelihatan cerah setelah pencerahan yang lengkap
Seorang Budha mati dalam kematian yang alami
Meninggal diwaktu malam
Tampak terang sebelum kematiannya
Setelah kematiannya , seorang Budha tidak ada lagi di bumi.
Seperti disebutkan dalam Al-Quran, Nabi Muhammad menerima wahyu disaat malam hari. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan (QS 44:2-3). Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan (QS 97:1). Yang mana nabi Muhammad pemahamannya langsung diterangi oleh cahaya Surgawi. Nabi Muhammad meninggal dengan cara alami dan nampak terang di malam kematian beliau (Aisyah/Anas). Setelah pemakaman Nabi Muhammad (SAW) ia tidak pernah terlihat lagi dalam bentuk tubuh-Nya di bumi ini.
Menurut Dhamapada Sacred Books of East vol 10 pg. 67
Jathagata/Budha hanyalah pemberi peringatan, seperti halnya Nabi Muhammad yang hanya pemberi peringatan.
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan (QS 88:21)
Menurut Dhammapada, Mattaya Sutta, 151:
"Yang dijanjikan" akan memiliki :
Pengasih bagi seluruh ciptaan
Seorang utusan perdamaian dan pembuat perdamaian
Yang paling sukses di dunia
Maitreya sebagai pengkhotbah moral akan bersifat :
Jujur
Menghargai diri sendiri
Lembut dan mulia
Tidak membanggakan diri
Sebagai layaknya raja terhadap makhluk
Teladan dalam tingkah laku dan tutur kata